Pengembangan Pariwisata Harus Didukung Bidang Lain
Pengembangan pariwisata bukan hanya meliputi destinasi wisatanya saja, tetapi harus diikuti bidang lain yang mendukungnya, terutama infrastruktur. Mengingat, infrastruktur dapat mendukung akses menuju ke destinasi wisata. Sehingga, infrastruktur pun perlu turut dikembangkan.
Demikian diungkapkan oleh Anggota Komisi X Rinto Subekti, saat rapat kerja Komisi X dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya, di Gedung Nusantara I, Kamis (22/01/2015). Raker dipimpin oleh Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya.
“Tidak mungkin pariwisata ini akan berkembang jika infrastrukturnya tidak baik. Karena wisatawan tidak akan datang ke Indonesia kalau infrastrukturnya tidak baik, mereka tentu akan berpikir ulang untuk berkunjung. Untuk itu, saya berharap Menteri Pariwisata bersinergi dengan menteri yang lain,” jelas Rinto.
Apalagi, tambah Politisi Demokrat ini menambahkan, dengan ditargetkannya jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai 20 juta pada tahun 2019, berarti dukungan harus datang pihak-pihak yang berkepentingan. Ia menilai, target 20 juta ini sangatlah baik, karena tentunya akan menambah devisa negara.
“Kita mempunyai target 20 juta wisman ini tentunya harus punya perencanaan yang matang. Kita optimis, pemerintahan Presiden Jokowi ini bisa merealisasikan pariwisata untuk 20 juta wisman pada 2019, tetapi juga semua harus didukung segala elemen, baik DPR maupun juga menteri terkait, termasuk masyarakat. Harus ada suatu usaha kerja keras. Saya pribadi optimis dapat tercapai, karena semua demi bangsa Indonesia dan juga pendapatan negara kita,” yakin Politisi asal Dapil Jawa Tengah IV ini.
Di sisi lain, ia khawatir target ini tidak tercapai. Dan jika tidak tercapai, hal ini sangat ironis sekali. Mengingat, Indonesia memiliki kekayaan alam dan potensi pariwisata yang luar biasa. Bahkan hampir di setiap provinsinya. Sehingga, jangan hanya tergantung kepada Bali saja.
“Banyak potensi wisata-wisata yang dapat kita tingkatkan, seperti Pulau Buton di Sulwesi Tenggara, maupun di Makassar, dan sebagainya. Kami berharap ada daya tarik yang bisa menjual selain alam Indonesia, misalnya kebudayaan Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Komisi X Popong Otje Djundjunan menambahkan, bahwa pariwisata adalah potensi yang unik dan tak akan habis, berbeda dengan potensi yang lain. Sehingga, Politisi senior Golkar ini berharap, Pemerintah dapat memberikan perhatian melalui anggaran yang memadai.
“Pariwisata itu sangat unik, karena merupakan devisa negara. Sampai kiamat tidak akan berhenti. Artinya, kalau yang lain, seperti minyak, bautbara dan emas bisa habis, pariwisata tidak. Jadi kami mohon, karena ini devisa negara, seharusnya anggaran paling sedikit Rp 100 triliun per tahun, bukan Rp 1,7 triliun? Karena merupakan modal untuk masa depan,” harap Politisi asal Dapil Jawa Barat I ini.
Sebagaimana paparan Menpar Arief Yahya, pemerintah menargetkan kunjungan wisman sebanyak 20 juta pada 2019, dimana saat ini baru tercapai 9 juta. Sedangkan, wisatawan nusantara sebanyak 275 juta, dan pencapaian pada 2014 baru 250 juta. (sf,hi), foto : naefurodjie/parle/hr.